Pemantauan dan Penguatan Penerapan Manajemen Risiko IPB

Lakukan pemantauan dan penguatan implementasi Manajemen Risiko IPB, Kantor Manajemen Risiko IPB selenggarakan workshop evaluasi tengah tahun dan reviu Profil Risiko Fakultas/Sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Juni 2024.
Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Fakultas/Sekolah selaku pemilik risiko. Setiap pengelola dan analis menyampaikan profil risiko sesuai indikator kerja Fakultas/Sekolah.
KMR IPB mengundang praktisi manajemen risiko, Tri Wahyono, M.EC. DEV. M.P.P., CRMP, CA., CGAE., QCRO untuk mengulas profil risiko yang disampaikan oleh setiap unit kerja IPB. Beliau menghimbau kepada analis untuk melihat kemungkinan risiko yang ada dan menerapkan avoid risk.
“untuk memetakan prioritas risiko perlu dilakukan analisis dengan perspektif yang lebih luas”, tegasnya.
Secara umum kategori risiko yang disampaikan Fakultas/Sekolah meliputi risiko akademik, kepatuhan, operasional, publikasi, sumberdaya, keuangan dan kebijakan. Perwakilan Fakultas Ekonomi dan Manajemen menyampaikan bahwa risiko yang umum terjadi adalah kepatuhan.
“risiko mahasiswa lulus tidak tepat waktu dan mendapatkan pekerjaan lebih dari 3 bulan setelah lulus, ini entah karena kuliahnya tidak fokus atau lalai terhadap sistem yang ada”, ujarnya.
Fakultas Kedokteran menyampaikan bahwa FK sebagai fakultas baru memiliki risiko utama dibagian pendidikan.
“sebagai fakultas baru, teridentifikasi permasalahan kekurangan tenaga pengajar dokter, sumberdaya manusia yang diharapkan bisa menjadi tenaga pengajar memilih untuk praktek di rumah sakit atau freelance”, ucapnya.
Selain itu, analis risiko juga diminta menyampaikan kriteria dampak dan identifikasi pengendalian dari setiap risiko yang dihadapi. Hal ini dilakukan dengan maksud setiap Fakultas/Sekolah dapat mengetahui pengendalian risiko yang dapat dilakukan sehingga risiko yang telah dilalui dapat dihilangkan atau diminamilisir.
Kepala Kantor Manajemen Risiko IPB, Ir. Budi Purwanto mengelompokan kategori risiko yang ada di fakultas/sekolah menjadi risiko operasional dan strategis. Beliau menyarankan pimpinan, pengelola dan analis risiko untuk terus melakukan penguatan implementasi MR unit.
“kami berharap masing-masing fakultas/sekolah dapat melakukan evaluasi mandiri dengan melakukan benchmarking kepada fakultas seperti FATETA yang sudah lebih dulu menerapkan. Terlepas dari itu juga perlu dilakukan sosialisasi dan internalisasi kepada departemen dan program studi”, ujarnya. (Ash)